Rabu, 24 Oktober 2012

PROFIL IBRAHIM


PROFIL  NABI IBRAHIM AS
PEMIMPIN YANG SUKSES  [1]*

PENGANTAR
Umat Islam di seluruh dunia setiap hari  Hari Raya Idul Adha menyambutnya dengan  pelaksanaan shalat Idul Adha dan berkorban. Mengapa demikian ?  Pelaksanaan  kedua rangkaian itu sebagai tanda syukur umat Islam kepada Allah swt  dan mengingatkan   kepada peristiwa yang bersejarah dan berdarah yang pernah dialami oleh  kekasih Allah   Nabi Agung  Ibrahim as terhadap  sang putranya sendiri bernama  Ism`il  as. Kemudian peristiwa itu diabadikan dan disyari`atkan  bagi umat Nabi Muhammad saw untuk ditauladani dan diikuti jejaknya  sebagai kenangan yang sangat berharga.  Sebagaimana fiirman Allah swt  dalam QS. Ali `Imran/3: 95:
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِين
Katakanlah  “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah ia tergolong orang-orang yang musyrik”. 
            Dalam sejarah, Nabi Ibrahim as  muncul  di pentas dunia  sebagai penyelamat dunia,  penyelamat negara dan penyelamat dunia  internasional  dari berbagai  kezhaliman, kediktatoran, dan ketidak adilan yang dibawa oleh adikuasa Raja Namrudz  yang ingin menaklukkan  dunia pada waktu itu.


BEBERAPA GELAR NABI IBRAHIM
            Cukup banyak gelar yang diraih dan diberikan kepada Nabi Ibrahim, di antaranya:
1.    Sebagai   Pemimpin Bagi Seluruh Manusia  (Imâman li al-Nâs), sebagaimana dijelaskan dalam  QS.  Al-Baqarah : 2/124:  Allah berfirman : Sesungguhnya Aku jadikan engkau sebagai pemimpin bagi Manusia”
2.      Sebagai Kekasih Allah (Khalîl al-Rahmân), sebagaimana dijelaskan QS. al-Nisa/4: 125: Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
3.    Sebagai Bapak Para Nabi, (Abu al-Anbiyâ’), Bapak Tauhid dan Bapak Monotheisme (Abu al-Tauhîd), karena ajaran agama beliau menjadi referensi  bagi agama-agama  besar lain yang dibawa oleh para Nabi berikutnya, termasuk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. (Shihab, 1996: 21)
            Yang perlu dicatat di sini, bahwa kepemimpinan  Nabi Ibrahim dinyatakan Allah sebagai Pemimpin  Manusia yang Sukses. Beliau  bukan pimpinan  sebuah partai atau sebuah organisaai saja, atau pemimpin sebuah golongan, aliran, dan suku  tertentu. Beliau diakui sebagai pimpinan bagi seluruh manusia,  seorang  imam  yang diikuti oleh makmumnya, dan seorang pemimpin yang dipatuhi dan ditauladani oleh masyarakat yang dipimpinnya. Inilah di antara karakteristik pimpinan  yang baik era dulu dan sekarang seperti profil kepemimpinan  Nabi Ibrahim as.

ALASAN KESUKSESAN IBRAHIM
Alasan  esensial bagi kesuksesan Nabi Ibrahim adalah karena beliau lulus menghadapai berbagai ujian, sebagaimana firman Allah dalam QS.al-Baqarah/2: 124:  Dan (Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah,  larangan dan berbagai ujian ), lalu Ibrahim menunaikannya.” Salah satu ujian yang amat berat adalah BERKORBAN. Maksudnya Nabi Ibrahim diuji mengorbankan anak kesayangannya yang bernama Ismail as dan dilaksanakn dengan tangannya sendiri. Berbeda dengan ujian korban bagi umat Muhammad saw yang hanya seekor domba dan boleh diwakilkan orang lain pemotongannya.
Allah berfirmana dalam QS.  Al-Shaffât : 37/102: “ Setelah anak itu (Isma`il)  sampai   sanggup berusaha bersamanya (usia remaja), Ibrahim berkata : ‘Hai anak kesayanganku sesungguhnya aku melihat dalam mimiku aku menyembelihmu...
 Nabi Ibrahim melaksanakan perintah berkorban itu  dengan segera, tidak ragu dan tidak dipikir-pikir terlebih dahulu. Baginya menerima perintah itu dengan senang hati  sekalipun perintah itu melalui isyarat dalam mimpi. Demikian juga sang putra Isma`il menerimanya dengan hati senang pula sekalipun menurut pandangan sebagian  manusia  perintah ini tidak rasional. (Sayyid Quthub: 5/2994-2995). Ini menunjukkan tingkat iman seseorang kepada Allah swt. Semakin tinggi kadar iman seseorang maka semakin tinggi pula kepatuhan dan kerelaannya dalam menerima perintah yang datang dari Tuhannya. Karena mereka ikhlas dan rela melaksanakan perintah Allah inilah, maka Allahpun ikhlas da rela kepada mereka,  nyawa putranya diselamatkan dan ditebus dengan seekor domba dari surga.
Mengapa Tuhan perintah mengorbankan sang putra Isma`l, bukan yang lain ? Karena perintah ini semata-mata ujian Allah,  sang putralah pada waktu yang paling dicintai dan disayang  oleh Ibrahim. Dalam ayat di atas Nabi Ibrahim menggunakan kata  Yâ Bunayya dalam tata bahasa Arab disebut bentuk tashghîr artinya Wahai anak kesayanganku ! Secara pchichologis pengorbanan yang paling besar dan berat adalah  mengorbankan sesuatu yang menjadi kesayangan seseorang, harta yang masih disayang, barang berharga yang masih dicintai, dan lain-lain. Demikian juga besar dan kecilnya pahala bergantung kesayangan harta yang dikorbankan.
Bagaimana seseorang agar dapat melaksanakan korban  dengan ikhlas  dan rela hati?  Secara simbolik penyembelihan  binatang  adalah penyembelihan hawa nafsu yang memiliki sifat-sifat seperti binatang, misalnya sifat ego  ingin menang sendiri, rakus,  menindas orang lemah  dan lain-lain. Semua ini akan menghalangi kerelaan berkorban. Seorang yang egonya besar akan sayang hartanya dikorbankan. Seorang yang egonya besar, merasa  keberatan  mengorbankan waktunya untuk orang lain. Seorang yang egonya besar sangat berat mengorbankan tenaganya untuk  kemaslahatan umat. Seorang yang egonya besar amat berat  mengorbankan sebagian  harta bendanya untuk  saudara-saudaranya yang menderita, dan seterusnya. Seorang yang   rela melaksanakan  korban  berarti rela  pula mengorbankan   sikap ego  kebinatangan dan individualitasnya  kemudian diganti dengan  hati  yang tulus ikhlas dan  kerendahan hati untuk mendekatkan diri  kepada Allah. Semoga korban semua umat Islam diterima oleh Allah swt. Amin

PENUTUP
Seseorang yang pandai bersyukur kepada Allah swt dan memahami  benar bahwa apa yang  dimilikinya ini hakekatnya pemberian  Allah, rizki pemberian Allah,  harta kekeyaan anugrah Allah, jabatan kemurahan Allah, dan seterusnya, pasti akan senang hati dan  merelakan semua itu untuk dikorbankan ke jalan Allah. Nabi Ibrahim adalah seorang pemimpin yang pandai bersyukur kepada Allah, beliau telah mengorbankan segala apa yang dicintainya termasuk anak kandungnya, beliau dinyatakan seorang pemimpin yang sukses oleh Allah swt.
 Semua elemen umat Islam terlibat dalam makna berkorban, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Bagi di antara mereka  yang memiliki harta kekayaan  hendaklah berkorban dengan harta kekayaannya.   Di antara mereka  yang memiliki jabatan, berkorbanlah dengan jabatannya. Di antara mereka  yang memiliki ilmu pengetahuan berkorbanlah dengan ilmunya. Dan di antara mereka yang hanya  memiliki tenaga, pikiran dan waktu, hendaklah berkorban sesuai dengan kemampuan yang dmiliki demi untuk mencari rida Allah.

.


[1] *  Dr. H.Abdul Majid Khon, M.Ag Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar