PROFIL NABI IBRAHIM AS
PEMIMPIN YANG SUKSES [1]*
PENGANTAR
Umat Islam di seluruh dunia setiap
hari Hari Raya Idul Adha menyambutnya dengan
pelaksanaan shalat Idul Adha dan
berkorban. Mengapa demikian ? Pelaksanaan kedua rangkaian itu sebagai tanda syukur umat
Islam kepada Allah swt dan mengingatkan kepada peristiwa yang bersejarah dan berdarah
yang pernah dialami oleh kekasih Allah Nabi Agung
Ibrahim as terhadap sang putranya
sendiri bernama Ism`il as. Kemudian peristiwa itu diabadikan dan disyari`atkan bagi umat Nabi Muhammad saw untuk ditauladani
dan diikuti jejaknya sebagai kenangan yang
sangat berharga. Sebagaimana fiirman Allah
swt dalam QS. Ali `Imran/3: 95:
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِين
Katakanlah “Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka
ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah ia tergolong orang-orang yang
musyrik”.
Dalam sejarah, Nabi Ibrahim as muncul
di pentas dunia sebagai
penyelamat dunia, penyelamat negara dan penyelamat
dunia internasional dari berbagai
kezhaliman, kediktatoran, dan ketidak adilan yang dibawa oleh adikuasa
Raja Namrudz yang ingin menaklukkan dunia pada waktu itu.
BEBERAPA GELAR NABI IBRAHIM
Cukup
banyak gelar yang diraih dan diberikan kepada Nabi Ibrahim, di antaranya:
1.
Sebagai Pemimpin Bagi Seluruh Manusia (Imâman li al-Nâs), sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah : 2/124: “Allah berfirman : Sesungguhnya Aku jadikan
engkau sebagai pemimpin bagi Manusia”
2.
Sebagai Kekasih Allah (Khalîl al-Rahmân), sebagaimana dijelaskan
QS. al-Nisa/4: 125: “Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayanganNya.”
3.
Sebagai Bapak Para Nabi, (Abu al-Anbiyâ’), Bapak
Tauhid dan Bapak Monotheisme (Abu al-Tauhîd), karena ajaran agama beliau
menjadi referensi bagi agama-agama besar lain yang dibawa oleh para Nabi
berikutnya, termasuk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. (Shihab,
1996: 21)
Yang
perlu dicatat di sini, bahwa kepemimpinan
Nabi Ibrahim dinyatakan Allah sebagai Pemimpin Manusia yang Sukses. Beliau bukan pimpinan sebuah partai atau sebuah organisaai saja,
atau pemimpin sebuah golongan, aliran, dan suku
tertentu. Beliau diakui sebagai pimpinan bagi seluruh manusia, seorang
imam yang diikuti oleh makmumnya,
dan seorang pemimpin yang dipatuhi dan ditauladani oleh masyarakat yang
dipimpinnya. Inilah di antara karakteristik pimpinan yang baik era dulu dan sekarang seperti
profil kepemimpinan Nabi Ibrahim as.
ALASAN KESUKSESAN IBRAHIM
Alasan esensial bagi kesuksesan Nabi Ibrahim adalah
karena beliau lulus menghadapai berbagai ujian, sebagaimana firman Allah dalam
QS.al-Baqarah/2: 124: “Dan
(Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah, larangan dan berbagai ujian ), lalu Ibrahim
menunaikannya.” Salah satu ujian yang
amat berat adalah BERKORBAN. Maksudnya Nabi Ibrahim diuji mengorbankan anak
kesayangannya yang bernama Ismail as dan dilaksanakn dengan tangannya sendiri. Berbeda
dengan ujian korban bagi umat Muhammad saw yang hanya seekor domba dan boleh
diwakilkan orang lain pemotongannya.
Allah berfirmana dalam
QS. Al-Shaffât : 37/102: “ Setelah
anak itu (Isma`il) sampai sanggup berusaha bersamanya (usia remaja),
Ibrahim berkata : ‘Hai anak kesayanganku sesungguhnya aku melihat dalam mimiku
aku menyembelihmu...”
Nabi Ibrahim melaksanakan perintah berkorban
itu dengan segera, tidak ragu dan tidak
dipikir-pikir terlebih dahulu. Baginya menerima perintah itu dengan senang hati sekalipun perintah itu melalui isyarat dalam
mimpi. Demikian juga sang putra Isma`il menerimanya dengan hati senang pula
sekalipun menurut pandangan sebagian
manusia perintah ini tidak
rasional. (Sayyid Quthub: 5/2994-2995). Ini menunjukkan tingkat iman seseorang
kepada Allah swt. Semakin tinggi kadar iman seseorang maka semakin tinggi pula
kepatuhan dan kerelaannya dalam menerima perintah yang datang dari Tuhannya.
Karena mereka ikhlas dan rela melaksanakan perintah Allah inilah, maka Allahpun
ikhlas da rela kepada mereka, nyawa
putranya diselamatkan dan ditebus dengan seekor domba dari surga.
Mengapa Tuhan perintah
mengorbankan sang putra Isma`l, bukan yang lain ? Karena perintah ini
semata-mata ujian Allah, sang putralah
pada waktu yang paling dicintai dan disayang
oleh Ibrahim. Dalam ayat di atas Nabi Ibrahim menggunakan kata Yâ Bunayya dalam tata bahasa Arab
disebut bentuk tashghîr artinya Wahai anak kesayanganku ! Secara pchichologis pengorbanan yang
paling besar dan berat adalah
mengorbankan sesuatu yang menjadi kesayangan seseorang, harta yang masih
disayang, barang berharga yang masih dicintai, dan lain-lain. Demikian juga
besar dan kecilnya pahala bergantung kesayangan harta yang dikorbankan.
Bagaimana seseorang agar
dapat melaksanakan korban dengan
ikhlas dan rela hati? Secara simbolik penyembelihan binatang adalah penyembelihan hawa nafsu yang memiliki
sifat-sifat seperti binatang, misalnya sifat ego ingin menang sendiri, rakus, menindas orang lemah dan lain-lain. Semua ini akan menghalangi
kerelaan berkorban. Seorang yang egonya besar akan sayang hartanya dikorbankan.
Seorang yang egonya besar, merasa
keberatan mengorbankan waktunya
untuk orang lain. Seorang yang egonya besar sangat berat mengorbankan tenaganya
untuk kemaslahatan umat. Seorang yang
egonya besar amat berat mengorbankan sebagian
harta bendanya untuk saudara-saudaranya yang menderita, dan
seterusnya. Seorang yang rela melaksanakan korban
berarti rela pula mengorbankan sikap ego
kebinatangan dan individualitasnya
kemudian diganti dengan hati yang tulus ikhlas dan kerendahan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semoga korban semua umat Islam
diterima oleh Allah swt. Amin
PENUTUP
Seseorang yang pandai
bersyukur kepada Allah swt dan memahami
benar bahwa apa yang dimilikinya
ini hakekatnya pemberian Allah, rizki
pemberian Allah, harta kekeyaan anugrah
Allah, jabatan kemurahan Allah, dan seterusnya, pasti akan senang hati dan merelakan semua itu untuk dikorbankan ke jalan
Allah. Nabi Ibrahim adalah seorang pemimpin yang pandai bersyukur kepada Allah,
beliau telah mengorbankan segala apa yang dicintainya termasuk anak kandungnya,
beliau dinyatakan seorang pemimpin yang sukses oleh Allah swt.
Semua elemen umat Islam terlibat dalam makna berkorban,
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Bagi di antara mereka yang memiliki harta kekayaan hendaklah berkorban dengan harta
kekayaannya. Di antara mereka yang memiliki jabatan, berkorbanlah dengan
jabatannya. Di antara mereka yang
memiliki ilmu pengetahuan berkorbanlah dengan ilmunya. Dan di antara mereka
yang hanya memiliki tenaga, pikiran dan
waktu, hendaklah berkorban sesuai dengan kemampuan yang dmiliki demi untuk
mencari rida Allah.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar